Manajemen Daerah Tangkapan Danau Terintegrasi untuk Jaminan Kebermanfaatan dan Kelestarian Ekosistem Danau di Indonesia

Dikirim dan merupakan esai yang mendapatkan Juara Harapan pada Lomba yang diselenggarakan oleh SDA Muda, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Bulan Maret Tahun 2021


Indonesia adalah negara dengan potensi sumber daya air yang sangat besar, secara keseluruhan total potensi air permukaan di Indonesia adalah mencapai 2.783,2 miliar m3 per tahun[1]. Salah satu potensi yang besar tersebut berasal dari danau yang tersebar di seluruh Indonesia, sebagai contoh yaitu danau Toba, yang diproyeksikan masih dapat digunakan sebagai sumber air baku tanpa mempengaruhi elevasi muka air normalnya hingga tahun 2023[2], selain itu terdapat pula danau Poso yang diestimasi bisa memenuhi kebutuhan air yang dibutuhkan hingga tahun 2030[3]. Kedua contoh tersebut menunjukan bahwa secara umum, danau-danau di Indonesia dapat diandalkan sebagai sumber air bagi masyarakat di sekitarnya. Selain dibutuhkan karena ketersediaan airnya, danau beserta daerah tangkapan airnya menjadi tempat yang esensial bagi ekosistem darat maupun ekosistem akuatik, danau juga merupakan tempat mata pencaharian bagi masyarakat dan bahkan menjadi pendongkrak ekonomi bagi suatu wilayah dengan potensi pariwisatanya. Namun, dengan manfaat yang sedemikian besar, apakah interaksi yang terjadi antar manusia dan danau sudah seimbang? Apakah danau dapat dijamin untuk terus memenuhi kebutuhan manusia dan ekosistem itu sendiri dengan kondisi masyarakat dan pengelolaan danau yang seperti sekarang?

Melihat secara lebih luas, berdasarkan beberapa penelitian, ternyata banyak danau di dunia yang mengalami sejumlah masalah. Sebagai satu kesatuan, danau beserta daerah tangkapan airnya telah banyak dimanfaatkan secara kurang bertanggung jawab, hal ini bisa dilihat dari kondisi airnya, keadaan sepanjang pantainya atau bagian-bagian lain dari tangkapan airnya[4]. Adapun beberapa masalah danau yang terjadi di Indonesia hingga saat ini, sebagai contoh masalah yang terdapat di danau Toba meliputi kerusakan daerah tangkapan air (DTA) dengan berkurangnya luas hutan karena kebakaran, kerusakan sempadan karena adanya pertumbuhan pemukiman yang tidak sesuai dengan tata ruang dan pencemaran air danau karena aktivitas manusia di sekitarnya seperti: membuang limbah domestik, perahu yang menghasilkan residu minyak atau oli, dan lain lain[5]. Dengan adanya permasalahan tersebut, tentu kuantitas air yang sebelumnya diproyeksikan tersedia, belum tentu bisa memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang karena kualitasnya yang semakin memburuk, atau bahkan kuantitasnya sendiri yang nantinya justru merugikan karena terlalu berlebihan yang berakibat pada banjir dan berdampak pada hal-hal merugikan lainnya.

Adanya masalah yang dialami danau bukan hanya mempengaruhi masyarakat yang ada di sekitar danau saja, bisa jadi berdampak pada ekonomi, kesehatan dan atau lingkungan yang meluas jauh di dalam bahkan di luar daerah tangkapan airnya. Perlahan tapi pasti, desakan alami untuk menjaga dan mengelola danau semakin besar akibat beban yang diterima danau. Sebagai suatu bentuk aksi tanggap terhadap kondisi yang terjadi, pemerintah Indonesia telah melaksanakan beberapa program, salah satu diantaranya adalah GERMADAN (Gerakan Penyelamatan Danau). GERMADAN dengan implementasi yang mengacu pada 6 pilar ILBM ( Integrated Lake Basin Manegement)[6], menjadi suatu media atau gerakan yang secara khusus merupakan harapan bagi danau-danau kita. Dengan GERMADAN sudah jelas dipetakan profil, permasalahan dan program penanganan danau-danau khususnya 15 danau prioritas yang disepakati dalam Kesepakatan Bali[7]. Walaupun GERMADAN hadir dalam upaya penjaminan manfaat dan ekosistem danau di Indonesia, bukan berarti langkah kita berhenti untuk 15 danau prioritas saja, mengingat bahwa danau Indonesia memiliki lebih dari 700 danau[8], sehingga ke depan perlu adanya rencana untuk Manajemen Daerah Tangkapan Danau Terintegrasi yang menyeluruh.

Mengacu pada Visi Danau Dunia, yang terutamanya ditujukan bagi masyarakat yang menghuni daerah tangkapan air dan menggunakan sumber daya danau[9], maka direkomendasikan adanya pembentukan instansi atau organisasi khusus dari masyarakat sekitar danau yang bertanggung jawab atas implementasi manajemen daerah tangkapan danau terintegrasi. Dengan tetap mengacu pada Visi Danau Dunia dan prinsip 6 pilar ILBM (Integrated Lake Basin Management) yang terdiri dari Institusi, Kebijakan, Partisipasi, Teknologi, Informasi dan Finansial, instansi ini akan secara langsung berdiri di wilayah danau-danau yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, dengan didirikan di bawah naungan pemerintahan, instansi ini akan menjadi penengah dan representatif danau dalam komunikasi ke berbagai sektor terkait seperti: akademisi, pemberi kebijakan, Non-Governmental Organization (NGO), pihak swasta dan masyarakat di sekitar danau. Salah satu contoh implementatif yang bisa diadopsi dan dikembangkan untuk pembentukan instansi ini adalah Glen Lakes Association (Organisasi Non-Profit di Amerika, Michigan), dimana kehadiran organisasi ini, menjadi penghubung bagi masyarakat, organisasi-organisasi danau, pemerintah, dan lainnya[10]. Dalam situs resmi Glen Lakes Association banyak disampaikan juga informasi-informasi strategis mulai dari kegiatan yang dilakukan untuk danau hingga manajemen wilayah tangkapan air untuk Glen Lakes itu sendiri.

Berdasarkan prinsip ILBM (Integrated Lake Basin Management), kehadiran institusi baru yang dikhususkan untuk manejemen danau terintegrasi ini diharapkan: dapat menjadi organisasi yang efektif untuk mengetahui dan memberi solusi atas permasalahan-permasalahan yang ada di danau ; menjadi medium dan sumber informasi terpercaya bagi para pemberi kebijakan untuk kelestarian danau itu sendiri ; untuk jangka panjang, masyarakat atau orang yang berada di dalam organisasi dapat menyuarakan informasi mengenai solusi atas permasalahan danau terkait ; dengan SDM yang mumpuni manajemen danau dapat dicapai dengan bantuan teknologi agar dapat diinformasikan data terkait danau tertentu dengan cepat, transparan dan akurat ; dan yang terpenting kehadirannya didukung oleh pemerintah dengan adanya pendanaan yang sesuai.

Akhirnya, dengan berbagai ide usaha dan inovasi yang dapat diimplementasikan, maka diharapkan juga akan tercipta jaminan kebermanfaatan dan kelestarian ekosistem danau di Indonesia, dari situ kita juga bisa melihat adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan ekosistem danau. Namun, untuk mengimplementasikan usaha dan inovasi tentu butuh sinergi seluruh generasi, khususnya generasi SDA muda. Lantas kapan kita memulai?


[1] Disampaikan oleh Prof.Dr.Ir Eko Winar Irianto, MT “Inovasi Untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Masa Depan” dalam seminar KBAI Talk tanggal 28 November 2020

[2] Wesli,”The decline normal water level of Lake Toba for Integrated Regional Water Management North Sumatera”, ARPN Journal of Engineering and Applied Science, Vol.13 No.1 Januari 2018

[3] Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Parigi Poso, 2012

[4] Forum Danau Indonesia, Visi Danau Dunia, Jakarta, November 2004

[5] Kementerian Lingkungan Hidup, Profil 15 Danau Prioritas Nasional, 2011

[6] Tri Retnaningsih Soeprobowati, “Integrated Lake Basin Management For Save Indonesian Lake Movement” Science direct, 2014

[7] Kementerian Lingkungan Hidup, “Gerakan Penyelamatan Danau : Danau Singkarak”, September 2013

[8] Asnil, “Analisis Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Danau Yang Berkelanjutan (Studi Kasus Danau Maninjau Sumatera Barat)”, Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 3 No. 1 (Juli 2013): 1-9

[9] Forum Danau Indonesia, Visi Danau Dunia, Jakarta, November 2004

[10] Gleenlakesassociation.org

Share your love

Newsletter Updates

Enter your email address below and subscribe to our newsletter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *